Minggu, 04 Mei 2008

cerpen2


SEMUANYA TLAH BERAKHIR

“Oh, Roy… eh, eh, ayo masuk….!” Kata Risma terkejut dengan apa yang dilihatnya sore itu. Dia tak menyangka enam bulan setelah dirinya dan Roy putus, Roy sekarang datang menemuinya. Kangen kali ya... He-he-he...
Roy duduk. Ia terpana melihat penampilan Risma yang sudah berubah drastis itu. Sekarang dia lebih feminim dari pada yang dulu. Risma jadi salting dilihatin seperti itu.
”Tumben, maen ke sini?”tanya Risma mencoba memecah kesunyian. Roy terhenyak dari lamunannya.
”Oh, jadi..., ceritanya aku nggak boleh main lagi nih...”
”Oh, boleh...!Boleh kok! Tapi, kok tumben banget gitu lho, emangnya ada perlu apa?”
”Nggak ada apa-apa.” jawab Roy. ”Trus.”tanya Risma.
”Gue..., gue kangen sama elo...”kata Roy jujur. Risma terhenyak. Tak disangka, Roy mantannya itu rindu pada dirinya. ^Hehehe... Sukurin! Salahnya juga dulu pake ngadain acara mutusin gue segala... Rasain...! tahu rasa nggak loe...! kehilangan gue...!!kata Risma dalam hati.
”O...” kata Risma. ”Kok Cuma ’O’ doang... elo nggak kangen sama gue ?”
”Nggak. Ngapain kangen sama cowok brengsek kayak elo. Buang-buang waktu gue aja.”
“Ris, elo kok ngomong kayak gitu? Elo masih marah sama gue?”
”Em, nggak tuh. Gue nggak marah sama elo. Lagian elo juga tahu sendiri khan.., kalau gue itu orangnya nggak bisa marah. Apalagi sama elo. Cuma kadang-kadang rada kelepasan. Udah lah...
Roy tersenyum. Matanya tak henti-hentinya menatap gadis manis yang dulu pernah mengisi hidupnya. Yang telah membuat hidupnya berarti, menyenangkan dan penuh warna. Tapi, sayangnya dia telah mengambil keputusan yang salah. Yaitu memutuskan tali kasihnya dengan Risma, hanya gara-gara dia terpikat dengan gadis yang bernama Lia.
”Hai.... halaw.....halaw...”
”Eh, sorry..”kata Roy terkejut. ”Ada apa sih Roy... ada yang aneh sama gue ya... Sorry, maklum jam segini gue emang masih males buat mandi. Jadi agak bau sedikit. He...he...he...” kata Risma sambil tertawa. Roy ikut tertawa.
”Oh, gue kira elo udah mandi.” kata Roy. Risma tersenyum keGRan.
”He...he...he..., jadi bagus tuh... berarti kalau gue nggak mandi aja, tetap seger, ya...”
”Ha... Dasar ya elo ini. Masih kayak dulu. Nggemesin. Tahu nggak. Elo itu makin cantik dan feminim. Pasti elo udah punya cowok ya...?”tanya Roy rada hati-hati.
”Pacar? Ah, gue masih males pacaran... gue takut dikecewain kayak dulu lagi. Ya, emang sih… setelah gue putus sama elo itu, ada beberapa yang nembak gue. Tapi gimana ya... gue nggak pengin gonta-ganti cowok aja. Takut aja, masa depan gue entar suram. Lagian sekarang yang pengin gue pikirin adalah masa depan gue. Yang penting gue sukses dulu. Ya, kalau udah cukup umur buat maried, tapi belom punya pasangan yang cocok, minta aja sama babe buat cariin jodoh. Pasti pilihannya malah lebih pas buat gue. He...he...he....” jawab Risma dengan disusul tawa manisnya itu. ”Cariin jodoh?Emangnya elo mau gitu?”tanya Roy.
”Ya, nggak apa-apa. Anak-anaknya temannya babe juga cakep-cakep. Sukur-sukur cariin yang uztad, malah bagus itu. Dijamin masuk surga. Masa depan aman-aman aja dari dosa. Ya nggak…?He-he-he… Trus elo sendiri gimana? Dengar-dengar masih sama Lia khan? Ya, gue doain moga-moga langgeng ya…” ^Padahal gue juga tahu, elo jadi pacarnya Lia menderita. he-hehe. Sukurin !!!^
“Ehm…. Ya juga ya... masuk surga. Dasar loe ! masak mikirnya sampe gitu..! Dan kalau soal status gue... Gue udah nggak lagi sama Lia kok.”
”Hu... dasar! Dari dulu elo emang belom berubah ya! Masih suka boongin gue! Gue juga tahu kalau elo itu masih sama Lia. La, gue khan temannya sobatnya Lia. Masak gue nggak tahu.”cetus Risma.
”Benar! Gue udah putus sama dia. Serius! Sudah seminggu dia putusin gue..!”
Risma menatap wajah Roy penuh selidik. Dia tidak percaya seandainya Roy sudah putus dengan Lia.
“Hahaha...!” tawa Risma meledak. ”Ah, masak elo diputus sama dia... Gue masih nggak percaya gitu loh... lagian apa gunanya juga, elo dulu mutus...”Risma hampir saja kelepasan ngomong. Buru-buru ia menutup mulutnya.
”Ya, maksudnya mutus elo khan... Gue juga menyesal telah mutus elo. Jadi gue pengin banget bisa kembali lagi sama elo. Ya, kalau masih ada harapan…”kata Roy lesu. Risma menghela nafas dalam-dalam. Risma terbayang ke back masa lalunya saat bersama Roy. Memang Roy itu baik dan sayang banget padanya. Namun, penghianatannya pada dirinya, telah menorehkan luka yang amat dalam. Dan Risma tak ingin semua terulang lagi.
”Roy..., harapan itu udah nggak ada lagi.”
Roy terkejut. Ia merasa putus asa. ”Kenapa Ma? Apakah elo udah punya pengganti gue? Apakah elo udah ngedapetin cinta pertama elo yang sangat elo harapin dulu itu?”
Risma terdiam sesaat. Ia menghela nafas dalam-dalam. ”Karena..., karena...., luka itu masih ada. Dan, gue nggak mau luka itu kembali bertambah jika gue kembali sama elo. Yang, jelas kenangan bersama elo udah gue hapus. Dan, sadar nggak sih Roy ! Sikap elo yang kayak gini, justru nunjukin kalo elo itu adalah orang yang nggak punya pendirian dan belum dewasa.”jelas Risma.
Roy tersentak. Belum pernah gadis di depannya itu ngatain dirinya tak punya pendirian. Roy tertunduk. Risma tersadar, dirinya baru saja melukai hati mantan pacarnya itu. ”Sorry Roy. Gue nggak sengaja. Kelepasan...”
”Oh, nggak apa-apa. Justru kalau elo nggak bilang kayak tadi itu, gue nggak bakal sadar.”
”Hu..., dasar cowok ! Emang selalu aja kayak anak kecil. Lama banget dewasanya. Ya, kayak elo itu...”
”Ya, gue sadarin, gue emang belum dewasa.”
”Sukur deh udah nyadar. Hihihi....”
”Ma, udah jam enam nih. Entar kalau gue nggak pulang, elo nggak mandi-mandi lagi. Gue pulang dulu ya...”
”Ya, tahu aja. Oke deh kalau mau pulang. Hati-hati ya...”
Roy pulang. Risma terdiam sejenak di ambang pintu. Sebenarnya penyesalan Roy terhadap keputusannya dulu sudah ia harapkan sejak dulu. Tapi, ia mengharap itu bukannya ia ingin kembali pada Roy. Ia telah berjanji pada dirinya untuk tidak kembali padanya, walau pun sebenarnya hatinya masih sayang. Tapi, Risma terlalu takut untuk dikecewain oleh laki-laki yang sama. Mending ia milih jalan amannya saja. Itulah pilihannya. Tapi... kecuali Roy bisa berubah seratus delapan puluh derajat..., mungkin hatinya juga akan luntur. ^Abis, kenyataanya hati masih suka sih...^
***
”Ma! Risma!”panggil seseorang dari arah warung depan sekolah Risma. Yang dipanggil mencari-cari orang yang memanggilnya. Keningnya berkerut setelah tahu siapa cowok yang memanggilnya itu. ”Roy?” desahnya. Risma hanya tersenyum pada Roy. Roy bergegas menghampiri Risma dengan motornya.
”Ma, udah mau pulang? Pulang bareng siapa?”
”Ya. Gue mau pulang sama Ardi.”jawabnya singkat. ”O..., sama gue aja gimana?”ajak Roy.
”Maaf Roy. Gue sama Ardi aja. Tuh orangnya udah nongol. Udah ya…! Bay…!!”
Risma meninggalkan Roy. Ia segaja membuat tingkahnya tidak seramah seperti dulu. Takut Roy jatuh cinta lagi padanya.
***
Roy pulang dengan lemas. Ia merasa sedih. Ternyata gadis itu telah berubah tidak seperti dulu. Sekarang pribadinya lebih tegas dan hati-hati. Mungkin ini gara-gara dirinya. Ingin sekali Roy memukuli dirinya sendiri. Ingin sekali dirinya membenturkan kepalanya ke tembok. Tapi apa gunanya. Toh, itu semua sudah berlalu dan untuk mendapatkan Risma lagi sangatlah sulit. Risma sudah benci padanya. Bahkan mungkin dirinya-lah orang yang paling dibencinya di dunia ini.
Roy duduk tertegun. Pikirannya melayang pada gadis yang bernama Risma. Kenangan indah bersamanya sulit untuk dilupakan. Terlalu sulit. Roy sangat menyesal. Kenapa dulu dirinya mudah begitu saja terpikat dengan gadis yang bernama Lia. Dan ternyata gadis itu sangat mengecewakan dirinya. Kenapa?? Pertanyaan itulah yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya.
Tiba-tiba mata Roy tertuju pada selipan kertas pada buku Matematikanya waktu kelas tiga semester satu dulu. Buku itu dulu pernah dipinjam Risma. ”Apa itu?” gumamnya penasaran. Ia segera menarik selipan kertas itu.
”Cuma coretan.” desahnya. Dibukanya lipatan kertas itu. Tampak dalam lipatan itu, terdapat tulisan-tulisan indah. Sepertinya ini milik Risma. Roy segera membacanya. Ia sangat penasaran tentang apa yang ditulis Risma.

Hidup ini adalah warna-warni yang tergores pada kanvas, walaupun tidak cantik ia tetap mempunyai sejuta makna
Hiduplah seperti lilin menerangi orang lain, janganlah hidup seperti duri menusuk duri dan menyakiti orang lain
Orang yang paling beruntung adalah orang yang bisa menemukan pasangan jiwanya dalam cinta yang indah dan dalam waktu yang singkat…

Kamututttt ----- dari mana aja/ by Ma*
”Risma...” gumam Roy. Ia tahu, gadis itu sangat lembut sekali. Bahkan, dia tidak pernah marah padanya. Roy, teringat akan janjinya yang pernah ia lontarkan pada Risma, bahwa dirinya akan menjaganya dan melindunginya. Sungguh sekarang merasa bersalah sekali, karena telah mengingkari janjinya dulu. Jahat sekali dirinya, karena telah tega menusuk hati gadis manis itu. Pasti dia sakit sekali. ”Oh..., Tuhan... maafin aku....” jeritnya. Roy bersimpuh. Ia menangis.
***
Sayup-sayup angin terasa sekali siang itu. Risma berjalan perlahan. Ia segera mampir sebentar ke warung makan yang tak jauh dari sekolahnya. Biasanya, dia tidak ke warung pada siang-siang seperti ini. Tapi, gara-gara adiknya mau pergi dulu ketempat temannya untuk mengambil buku, Risma memutuskan untuk menunggunya di warung makan bu Rasmi. Risma mengambil tempat duduk paling depan. Ia segera memesan bakso kesukaannya dan es jeruk. Jam menunjukkan pukul dua kurang. Hawa di dalam warung terasa agak panas, sebentar-sebentar Risma mengipas-ngipaskan kertas untuk menghilangkan hawa panas.
”Hai Ma....!” Risma terkejut.
”Ya, ampun. Roy ?!”
”Ya. Kok nggak pulang ?” tanya Roy.
”Bentar lagi. Gue makan dulu, sekalian nunggu adik gue yang lagi ke tempat temannya. Em..., loe ngapain di sini ? Nggak biasanya ? Em..., mau ketemuan sama gebetan baru ya... Hu.....! Dasar ! Dari dulu sama aja. Playboy!!”
”Ya, nih. Lagi nunggu gebetan baru. Mau tahu nggak siapa orangnya ?”
”Boleh. Kenalin dong.” tantang Risma.
”Dia adalah elo sendiri, Ma.”jawab Roy. “Maksud loe?” tanya Risma sambil mengernyitkan dahi.
”Ma, masak elo nggak tahu juga sih. Gue sayang banget sama elo... sekarang gue mau berubah demi elo, Ma. Di antara semua cewek yang gue kenal. Elo lah yang paling gue sayang dan cintai...” Roy berusaha meyakinkan Risma.
“Roy. Gue males bahas ini. Gue mau makan dulu.”cetus Risma. Tak peduli dengan perasaan Roy saat itu. Ia asyik menyantap bakso yang sudah ada di depannya.
“Loe nggak makan Roy?”
“Oh, udah kok. Gue khan udah dari tadi di sini. Nyante aja lagi, gue nggak akan pernah lupa sama yang namanya makan kok. Jadi, jangan khawatir....”
”Siapa juga yang khawatir sama elo. Dasar ke-GR-an...!” cetus Risma sambil asyik menyantap bakso di depannya.
***
”Ups... kenyang deh...” desah Risma setelah bulatan–bulatan bakso yang tadi ada di mangkuknya dia babat habis. Hehehe....
”Ma, gimana ?”tanya Roy.
”Gimana apanya ?” tanya Risma yang pura-pura lupa. Tak disangkanya Roy sangat mengaharapkan jawabannya itu.
”Em, gini ya Roy... sekarang gue males banget sama yang namanya pacaran.” Risma diam sejenak membersihkan bibirnya. ”Karena gue ngrasa cowok itu nggak bisa dipercaya. Apalagi elo. Gue, nggak percaya banget. Tadi loe bilang kalo gue adalah cewek yang paling loe sayangi di antara cewek-cewek yang lain. Trus, kalo elo sayang sama gue, kenapa juga kemaren justru putusin gue, demi untuk ngedapatin cewek lain? Roy, gue nggak butuh perubahan dari elo yang itu semua hanya buat gue, demi gue..., gue ngak butuh !” sebelum melanjutkan kata-katanya Risma memandangi wajah Roy. ”Em..., Perubahan itu sebaiknya elo lakuin buat diri elo sendiri, buat masa depan loe sendiri. Bukan buat gue...” jelas Risma nerocos begitu aja.
Roy tertunduk lesu. Nafasnya turun naik sampai Risma pun bisa mendengarnya.^Moga aja nggak sesak nafas. Bisa berabe gue...^kata Risma dalam hati.
”Jadi..., loe nggak mau kembali sama gue...?”
”Ya, keputusan gue udah bulat.”jawab Risma.
Tak berapa lama, adiknya datang. Risma bangkit dari tempatnya. Ia segera membayar makanannya tadi. ”Roy, gue duluan ya... Tu, adik gue udah nongol.”
“Ya, hati-hati.”
Risma hanya tersenyum. Sesunguhnya berat bagi Risma untuk membuat keputusan tadi. Sebab perasaannya masih sangat sayang pada Roy. Tapi, apa boleh buat. Menurutnya, itulah keputusan yang terbaik dari pada dipermainkan lagi oleh Roy. Jangan deh...
***

BY NEvinCutenManiez

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Aslm

terimakasih atas komen kamu di web IPNU-IPPNU Pajangan...

eh kamu suka nulis juga....gokil...tulisan kamu..

sekolah dimana...

wasalam

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Nevin~Cute~maniEz mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Nevin~Cute~maniEz mengatakan...

W'laikum slm...
(^_^)
makhachih...
emang dasarnya kata Geng GongQ, orangnya gokil...
ruajin2 kesini yah...
nyenengin orang kata nabi Muhammad itu baik... (^_^)
skolq? Wah... diriku udah mau meninggalkan skolle... jadi ng'usah dipublikasikan yaw...(Hi3,sok bwgt!!!)
wassallam...