Kamis, 08 Mei 2008

Cuerpen HIk2 Kerr in

BACK STREET

Ale memasuki gerbang sekolah dengan merasa sangat senang sekali. Karena dia barusan diantar oleh Ary, cowoknya. Ini suatu kesempatan yang amat langka baginya. Menapa ? Di samping hubungan mereka yang memang super-super back street, sekolah mereka berjauhan.
Hari ini Ary tidak berangkat ke sekolah. Kelas dua libur, soalnya dipakai kelas tiga untuk latihan Ujian. Beruntung sekali bagi Ale, karena pagi ini ia bisa merasakan bagaimana rasanya diantarkan cowoknya seperti teman-temannya yang lain. Andaikan sering-sering seperti ini mungkin akan lebih semangat untuk pergi ke sekolah, pikir Ale.
Pagi tadi Ale berangkat sekolah lebih pagi dari pada biasanya. Ia segera menuju rumah Firman. Di rumah Firman Ale dan Ary janjian. Tak lama Ary datang dan dia pun mengantarkan ceweknya itu dengan motor Ale. Firman yang merupakan sahabat baik mereka, hanya senyam-senyum melihat tingkah keduanya yang bisa-bisa membuat orang stres. Setelah Ary mengantarkan Ale..., dia pulang ke rumah Friman lagi. Nitipin motornya Ale gitu...
Di sekolah, Ale tampak berseri-seri. Apalagi saat melihat sahabatnya, Nomie.
”Nomieeeee...!!!” Ale menyosong Nomie yang baru datang dari arah yang berlawanan.
”Hai! Ada apa lo!”
”Nomie, gue dianterin lho... Tadi, sama Ary..!!”
”Yeahhh...!! Beneran ?!! Kok bisa ?!!” tanya Nomie yang gantian histeris. Ia senang melihat Ale bahagia pagi ini. Tidak seperti biasanya yang muram, lesu dan kadang sedih. Bahkan jika Ale sedang teramat rindu dengan Ary, bisa nangis itu anak.
”Ya, hari ini khan Ary nggak masuk sekolah. Soalnya kelas dua diliburin buat tes kelas tiga. Jadiii, bisa nganterin gue deh...” jawab Ale sambil cengar-cengir.
”Cieee elahhh. Yang lagi seneng nihhh..!” goda Nomie yang jadi gemas sama Ale.
”Ah, Nomie..., udah ya. Mau masuk tuh. Jam pertama Kimia nih. Kelasmu apa?”
”Matematika. Ya udah sana Coy. Dag !!”
Hahhh... Bahagianya Nomie melihat sahabatnya tersenyum bahagia. Sudah lama sekali dia tidak melihat Ale tersenyum seperti tadi. Ah, Ale... moga langgeng-langgeng aja yaaa...
Siang itu, saat pulang sekolah Ale menunggu kedatangan Ary. Tadi dia sudah sms, katanya sepuluh menit lagi nyampe. Ale duduk di depan gerbang sekolah bersama beberapa temannya yang lain. Sedangkan Nomie, sudah pulang duluan. Tak sampai sepuluh menit Ary datang. Kali ini ia tidak memakai motor Ale, tetapi memakai motornya sendiri. Tampang Ary agak aneh. Itu bisa terlihat oleh Ale. Tiba-tiba saja Ale merasakan hal yang tidak enak bakal terjadi. Tapi, Ale tak memperdulikannya. Mungkin ini cuma perasaannya saja. Ia segera menghampiri Ary.
”Valent.” Ary memanggil Ale dengan lembut dan aneh.
”Ya, ada apa, Ar?” tanya Ale yang mulai merasa agak aneh.
”Gue mau cerita. Tapi lo jangan sedih ya.”
”Ehhmmm.”
”Tadi pagi..., abis nganterin kamu..., aku ketemu sama Mami lo di dekat SMP 2 itu. Trus..., sialnya lagi ketemu sama Babe lo di jalan dekat SD desa lo itu. Al, apa hari ini kita nggak sial banget coba?!”
Setelah mendengar cerita Ary, Ale merasakan katakutannya akan reaksi orang tuanya nanti setelah ia pulang. Ale bingung. Sedih dan entahlah sepertinya sekarang pikirannya serba buntu. Mungkin setelah pulang ia bakal dimarahi habis-habisan. Atau bakal disuruh minggat kali... Aghh, binguuung. My God, help me...
”Al. Kamu sedih.” tanya Ary ketika Ale tiba-tiba diam.
”Ya, Ar. Kenapa sial banget sih kita ini. Duhhh, mana tadi lo pake motor gue lagiii... Tapi, ya sudahlah. Gue pasrah aja, Ar. Tapi lo sayang gue kannn.”
”Tentu. Lo nggak usah raguin cinta gue ke elo. Gue janji akan selalu cinta sama elo.”
Ale tersenyum. Kesedihannya sedikit terobati.
Mereka sudah sampai di sebuah pertigaan. Tiba-tiba tanpa disengaja, Ale melihat Maminya lewat dari arah depannya. Oh, My God !! serunya dalam hati. Ia segera menundukkan kepalanya ke bawah. Akhirnya tertutup oleh tubuh Ary. But, kalau dipikir-pikir Maminya juga tak bodoh dong ! pasti dia tadi melihatnya. Soalnya mereka sempat betatap muka langsung. Tuhannn, mati gueee...!!
***
Ale tidak langsung pulang. Ia takut. Sekarang, dia berada di rumah Firman. Ary juga.
”Lo nggak pulang, Al ?” Ary bertanya.
”Entar aja. Gue takut.”
”Sorry ya Al, gue emang cowok yang ceroboh banget.”sesal Ary.
”Nggak Ry. Nggak. Semuanya kalau emang sudah takdirnya kita tadi kepergok sama ortu gue, ya emang gini yang musti kita hadapin !” kata Ale dengan mata-mata berkaca-kaca. Sekarang pikirannya menjadi bingung. Ingin pulang, tapi takut. Sebenarnya kalau dipikir-pikir keberadaanya untuk terlalu lama di sini justru membuat rumit masalah. Ia memandang ke arah Ary. Cowok itu hampir menangis juga. Akhir-akhir ini memang demikian. Ary terlalu amat mencintainya, bisa-bisa kalau terlalu rindu dengan Ale, itu anak juga bisa nangis.
Akhirnya jam empat Ale memutuskan untuk pulang. Ia bakal terima semuanya kalau memang itu yang harus ia hadapi.
***
”Ehhmmm, tadi berangkat pagi banget. Trus mau ke sekolah kok pakai lewat jalan ke arah berlawanan.” Mami membuka perbincangan di makan malam ini.
DUG-DUG-DUG. Jantung Ale terasa berdetak keras. Dari tadi mulutnya tak bersuara. Ia hanya menunduk. Sekarang semuanya memandang ke arahnya. Makan malam hampir selesai. Ale minum air putih, ia tak menghiraukan kata-kata Maminya, walaupun sebenarnya jantungnya lagi JEDUG-JEDUG.
”Al, kalau bisa cari yang lebih baik darinya. Anak bodoh seperti dia aja disukai... Yang lain emang tak ada yang lebih baik darinya.” kata ayahnya kemudian.
Ale diam dan tak mengiraukan kata-kata ortunya. Ia ingin menangis. Tapi, ia mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh. Setelah ayahnya tak meneruskan kata-katanya tadi, Ale segera meninggalkan ruang makan itu. Ia tak mau menggubris ini semua. Sedih banget hati ini.
Ia menuju ke kamarnya. Memeluk bantal dan melayangkan pandangannya ke arah foto Ary yang ada di tangannya. Dipikirannya, sekarang yang terbayang hanya Ary-Ary-Ary dan Ary. Mampukah Ary bertahan di kondisi yang seperti ini. Bahkan mungkin selamanya akan seperti iniii... Di dalam kamarnya, air matanya tak terbendung lagi. Ia menangis sesenggukan, sepanjang malam. Ia tak bisa menghentikan pikirannya terhadap Ary. Tak bisa!! Akhirnya, lelahlah yang bisa menidurkannya malam itu. Malam yang menyedihkan.
***
”Nomieee...!!Nomieee...!!”
Nomie yang sedang asyik ngobrol dengan Yusita terkejut mendengar namanya dipanggil.
”Erli ? Ada apa kok tampang lo kayak gitu ?” tanya Nomie penasaran.
”Itu-itu-itu Mie..., Ale-Ale, nangis...”
”Ya ampun tuh anakkk... Ada apa lagi... Ya udah, yok kesana !”
Nomie berlari ke kelas Ale. Sampai di kelas ia terkejut. Dilihatnya Ale sedang menangis sesenggukan. Ya, ampunnn...., desah Nomie.
”Ale !! Ale !! Lo kenapa sayanggg... ?” Nomie memeluknya. Ia ingin meringankan beban sahabatnya itu. Dilihatnya, wajah Ale begitu kusam dan pucat. Mungkin dia terlalu banyak menangis. Di dalam pelukannya Ale masih tetap menangis. Oh, Ale...
”Nomieee..., gue-gue dilarang pacaran sama Aryyy... hikhikhik...”
Nomie memeluk sahabatnya makin lekat. Ia ikut merasakan kepedihan yang dialami sahabatnya itu. Tak terasa air matanya ikut menetes. Nomie ikiu menangis.
”Al, udah. Udahlah. Makanya, lo harus selalu berdoa sama Tuhan, Al. Pasti Tuhan bakal bantu lo... Al, udah-udah. Entar lo jadi sakit kalau nangis melulu. Gue nggak ingin lo sakit. Gue sayang sama lo, Al...” suara Nomie agak serak.
”Lo udah makan, Al ?” tanya Nomie lagi. Ale hanya menggelengkan kepala.
”Kok belum?”
”Udah kebiasaan kok, Mie. Lo nggak usah khawatir. Soalnya kalau makan, gue justru bisa sakit perut. Mie, udah sana ke kelas lo. Udah, lo nggak usah ikut nangis lagi. Makasih lho Mie.”
”Ya, udah. Tapi lo harus nggak nangis lho! Banyak yang masih sayang sama lo! Ya, udah. Gue ke kelas dulu ya Say...”
”Ehmmm.”
Nomie segera menghapus air matanya. Ia kembali ke kelasnya.
***
”Mie. Gue takut, gue takut Ary nggak betah dengan kondisi ini. Gue takut dia ninggalin gue, Mieee.”
”Al, lo nggak usah berfikir yang nggak-nggak gitu. Gue yakin, kalau Ary itu sayang sama lo. Misalnya, dia nggak sayang sama lo, pastinya dia udah ninggalin lo kemaren-kemaren pas lo bentrok sama ortu lo kan.”
”Iya juga Mie. Tapi, gue butuh kepastian.”
”Kepastian apa Al ?”
”Kepastian dan janji dari dia untuk selalu bersama gue.”
Nomie diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Yang bisa ia lakukan hanyalah mendengarkan Ale curhat dan memberikan komentar seadanya. Sebab keadaan Ale saat ini sangat sensitif sekali.
”Mie. Makasih udah mau nemenin gue siang ini. Gue pulang dulu. Kayaknya nyokap udah jemput.”
”Ya. Jangan terlalu difikirin ya, Al. Lo nggak boleh sakit hanya gara-gara ini. OKE !!”
Ale tersenyum dan mengangguk. Nomie merasa agak lega melihat Ale begitu. Ale segera pergi menuju ke depan sekolah. Sementara Nomie pergi ke parkiran untuk mengambil motornya. Pikirannya masih tertuju pada Ale ,ia ikut merasa sedih melihatnya seperti itu. Dulu, dia juga sempat hampir tak disetujui hubungannya dengan Riyan. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu semuanya dapat teratasi. Itu semua berkat Tuhan dan kecerdikannya. Hehehe... Cerdik ???!!
***
Mie.bs bantQ? Q ingn ktmu sm Ary.

Begitu bunyi sms dari Ale siang itu. Nomie segera membalasnya.

Ok.p yg bs Qbntu?

Balasan sms Ale :

Bsk Ming km k4Q.ajk Qprgi.kmn kek.yg pnting bs ktmu sm Ary.jm 10an.OK.

Nomie tampak berpikir sejenak. Menimbang-nimbang ajakan Ale. Well, OKE-lahhh...

OK.

Nomie segera menyandarkan tubuhnya ke bantal. Ia mulai berfikir untuk rencana besok. Sebelum-sebelumnya, sebenarnya Nomie nggak pernah yang namanya main sama Ale, walaupun Ale itu sahabatnya banget. Soalnya mereka dekat kalau di sekolah. Tapiii, kalau soal main ke luar, Nomie pergi sama gengnya waktu SMP dulu. Sedangkan Ale, Nomie nggak tahu. Kadang juga masih dengan gengnya waktu SMP, kadang juga sama temannya Ary dan nggak tahu lagi pokoknya.
Hmmm, pasti besok ortunya Ale bakal bertanya-tanya deh. Abis nggak ada mendung, nggak ada angin, eee.... tiba-tiba hujan. Kan image Nomie di mata ortunya Ale hubungan Ale dengan Nomie nggak terlalu dekaaat... Hayo-hayo-hayo. Kalau begini situasinya aneh kaaan, kalau tiba-tiba Nomie bisa jadi dekat sama Ale. Minta ngajak pergi juga. Trus, yang dipikirin alasannya itu lhoh! Pergi beli baju? Masak beli baju? Biasanya kan sendiri aja bisa. Beli tas? Tas? Tas Nomie kan masih OK ! Beli dompet ? Nggak deh... Masak beli dompet musti ngajak Ale !! Aneh ! Emmm..., Ciaraaa !! Pergi ke toko buku tuhhh!!! Ya! Ide cemerlang !! Nomie kan hobby baca buku..., trus ngajak Ale pergi ke toko buku aja, pura-puranya cari buku di kota aja gituuu... dan alasannya Nomie takut pergi sendiri. Dan yang tahu tempatnya, hanya Ale yang tahu. Yeah !! Kayaknya kalau seperti ini bakal beres deh. Hihihi... ternyata otak gue masih rada jenius juga, kata Nomie dalam hati sambil cekikikan.
***
Hari Minggu. Ale terbangun dengan lesu. Ia merasakan badannya pegal-pegal. Diliriknya jam dinding kamarnya. Jarumnya tepat nunjukin kalau sekarang jam delapan.
”Masih dua jam lagi.” desahnya lesu. Ia segera bangun. Lalu mandi.
Ale segera menuju ruang makan untuk makan setelah ia merasa rapi. Di ruang makan Ayahnya, Mami dan adiknya sudah siap sarapan. Ia duduk di antara mereka dengan lesu. Tanpa senyum dan ekspresi. Acara makan pun dimulai. Suasana tampak berbeda dari biasanya. Kini yang dulu terasa hangat, seolah-olah menjadi dingin. Napsu makan Ale sebenarnya hilang, namun dia tak mau sakit gara-gara tak makan. Jadi dimasuk-masukin juga itu makanan ke mulutnya.
Setelah acara sarapan pagi itu selesai, Ayahnya memperhatikan Ale.
”Al.”
”Ya.” jawab Ale singkat tanpa ekspresi.
”Kamu sudah bisa nglupain Ary itu ? Anak tak tahu diri, yang kerjanya kalau nggak kluyuran ya mabok itu ?!”
Dalam hati, Ale merasa sakit. Ale hanya diam saja tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Ia hanya menggeleng sambil memperhatikan minuman di depannya. Ayahnya mendesah.
”Al ! Sebenarnya kamu sudah diapain saja sama yang namanya Ary itu, ha! Sampai-sampai nglupain dia aja nggak bisa ?! Apa kamu udah nggak perawan lagi ?! ”
Kata-kata terakhir dari ayahnya itu semakin membuatnya terluka. Betapa teganya ayahnya itu pada dirinya. Anaknya sendiri !! dituduh sudah nggak perawan lagi !! Betapa teganya !!
”Yah ! Ale masih perawan !!” jawab Ale tegas dengan mata berkaca-kaca. Dirinya tak mau dituduh sudah nggak perawan lagi. Andai ayahnya tahu, dia mempertahankan ini semua, karena ia benar-benar sangat mencintai Ary. Dan hanya Ary yang ia cintai. Kenapa? Kenapa ayahnya tak bisa mengerti ?! Ale mengerutuki ayahnya dalam hati.
”Al.” suara ayahnya tidak seemosi tadi. ” Sebenarnya ayah memperbolehkan kamu pacaran sama siapa aja, trus bolehin kamu maen sama cowok kamu, jemput kamu kayak Nomie ( Ayahnya Ale tahu Nomie, karena Nomie anaknya temannya. Baginya Nomie adalah sosok anak yang baik, jadi pantesan kalau dijadiin bahan perbandingannn), lalu didatengin sama cowok kamu. Tapiii, itu asalkan satu agama. Kamu bisa ngerti ini kan, Al ? Coba kalau kamu pikir, seandainya hubungan kamu dengan Ary itu terlalu serius lalu justru memaksakan harus berlanjut ke pernikahan. Itu akan sulit sekali. Di samping sulit dalam agama, sulit juga dalam hukum ! Kamu tahu kan, Undang-Undang di negara kita ini tidak ada yang mengatur tentang perkawinan beda agama ? Ayah pikir, kamu tahu ini. Lagi pula kalau sepasang suami istri yang berbeda agama itu bersatu, apabila tidak ada suatu komitmen yang kuat, akan menjadikan hidup tak bahagia dan bisa mudah hancur dalam membina keluarga. Anak jadi bingung menentukan agama dan... adanya suatu kesulitan dalam memahami satu sama lain.... Ayah lakukan ini demi kebaikan kamu, Al...!”
Ale hanya menunduk. Semua yang dikatakan ayahnya benar. Tapi, sumpah! Hatinya tak bisa berpindah dari Ary. Sungguh tak bisa. Berkali-kali ia mencoba, tapi tak bisa. Nomie juga sering ngenalin dia ke teman-temannya yang seagama dengannya. Tapiii, hasilnya tetap! bahwa dirinya hanya cinta Ary. Apakah itu yang benar-benar yang namanya cinta? Dan inikah yang namanya cinta buta itu ?!
Setelah ayahnya menceramahi macam-macam dengan tambahan mengenai hak-kewajiban-pancasila-sampaiiii dibanding-bandingin sama Nomie, emangnya gue Nomie ??! Ale kembali ke kamarnya. Dannn, sekarang ia jadi bingung. Masihkah dirinya akan mengajak Nomie untuk bersandiwara ? Kalau ya, kasihan Nomie juga dia dilibatkan ke masalahnya. Lagian di mata orang tuanya Nomie adalah anak yang baiklah-hormatlah-pinterlah-de-el-el lah pokoknya. Jadiii, seharusnya gimanaaa...
Tiba-tiba ada sms dari Nomie.

Al, entar soal mint ijn serahin ke Q.

Ale segera membalasnya.

Mie, sry. Hari ni g jadi aj. Cz, td babe ceramah mcm2.&muji2km sgl lg.jngn GR!!tp, trims y, ud mw bntu Q.

Sms dari Nomie lagi.

Ya, ud kl gt. Tp g p2 kn km ?

Ale mengirim jawabannya.

Y. q OK2 j kok. Bsk Qcritakan slengkapnya. Smpe bsk Mie...
***
Sore ini, dengan alasan mau ke rumah Intan, Ale akhirnya bisa curi-curi kesempatan untuk bertemu Ary.
”Ar, ya seperti inilah keadaanku saat ini. Hikhikhik...” ungkap Ale pada Ary sambil menangis.
Ary ikut menangis. ” Al, trus kenapa lo masih sedih kayak gitu ? Udah, lo jangan terlalu pikirin ini.”
”Gue-gue-gue sedih, karena gue takut. Takut kalau lo bakal nyerah. Trus ninggalin gue gitu aja...”
”Nggak, Al. Nggak. Gue tetap akan bertahan. Gue janji.” kata Ary sungguh-sungguh. Ale menatap mata cowoknya itu. Tampak keseriusan yang terlukis di sana. Tampak juga perasaan cintanya pada dirinya yang teramat tulus. Ohhh, Aryyy... Ale memeluk Ary dengan tangis sesenggukan.
”Tapi, Ar... Kita bisanya Cuma back street... lo bisa bertahan ?”tanya Ale.
”Ya. Karena gue sayang sama lo. Jadi, sekarang, lo jangan sedih lagi, pikirin sekolah dulu. Soal masa depan, dipikir besok kalau kita udah gede..” kata Ary bijak. Ale hanya mengangguk sambil tersenyum. Dihapusnya air mata yang masih membasahi pipinya.
***

Tidak ada komentar: